BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 17 Februari 2014

Ternyata

wah, hehehehe. baru dua hari yang lalu nge posting, ternyata uda denger kabar kamu jadian kak wkwk. yaudah selamat aja, congrats dan smg bertahan lama, amiin. pesen buat kamu, sukses unasnya, ptn nya, jadi maba unair beneran. aku berdoa untuk kebahagiaanmu:)

Sabtu, 15 Februari 2014

7?

2 hari lagi tanggal 17, tepat sebulan ga bareng lagi sama kamu. sepuluh hari berikutnya tanggal 27, kalo kamu kebetulan lagi baca, taukan itu tgl apa hehe. ga pengen nginget2 tp bikin keinget terus. hari ini hari sabtu, biasanya emang blm tidur soalnya lg asik bbm an sama kamu. maaf jadi flashback, maklum lah kamu pernah jadi kesayangan aku. entahlah aku nulis ini lagi kangen kamu atau engga. btw, soal aku waktu disekolah, kelihatannya aja sok gapeduli, cuek pake banget sampe bikin nethink kamu. jujur, sebenernya mulut ini pengen nyapa, setidaknya say hi gt lah. tapi gatau kenapa namanya hati ngelarang buat sekedar nyapa, otak hati sama mulut bener2 ga sinkron. rasanya ketemu kamu bikin hati ini sakit bgt. menghindar dari kamu jg ga bakal nyelesein konflik dlm hati ini juga. bingung. apalagi denger kamu deket sama adek kelas, secepat dan segampang itukah cowok move on? blm seminggu, sehari jg blm uda chat sama cewek lain? emang sih uda bukan hak ku lagi dan aku bukan siapa siapamu. makasih buat 4 bulan 20 harinya, mungkin lewat media ini aku berani ngungkapin yg aku rasain selama ini. maaf juga kalo perilakuku sesudah kita pts bikin kamu nethink sama aku. aku tau aku ga pantes kayak gitu, nganggep kamu spt musuh, dibayanganmu. still loving u darl, 17 hurufku.

Minggu, 22 September 2013

Puisi

Menuntut Ilmu

Pagi-pagi menenteng tas
Berisi buku dan teman-temannya
Dengan langkah mantap
Berjalan penuh semangat

Tak lupa mengucap niat
Agar ilmu jadi barokah
Untuk bekal di masa datang
Membahagiakan orang tua

Sudah sampai disekolah
Dengan wajah ceria
Bertanya pada guru jika belum bisa
Bila sudah, ucap sukur Alhamdulillah

Sabtu, 21 September 2013

Dia

Gatau dari mana awal mula ini ceritanya.
45 days ago dari sekarang, tiba-tiba ada direct message from him. Dia tanya pin bb ku, tapi perasaan kita udah berteman di bbm. Akhirnya tanpa basa basi aku PING!!! karna aku kira ada masalah penting menyangkut organisasi.

Lupa apa yang awal kita bahas, tiba-tiba isi pembicaraan sudah ngalor ngidul seperti tak bertujuan. Pembicaraan semakin asyik, saat membahas tentang politik. Tanpa sadar aku ikuti kemana arah pembicaraan ini. Pandai dia mengambil simpatiku yang suka politik.

Hampir setiap hari ada saja yang kita omongkan melalui media ini. Libur lebaran tahun ini, sepertinya dia yang mengisi kekosongan hari-hariku. Aku juga masih belum paham saat itu. But he is my mood booster now.

Tanggal 27 Agustus 2013...
Pulang sekolah, sesuai dengan janji di hari-hari sebelumnya aku dan dia pergi menonton film. Saat itu film Percy Jackson 2 lah film tujuan kita. Seusai menonton film, saat kita berjalan berdua untuk pulang. Ditengah-tengah perdebatan kita tentang politik, dia menyelipkan kata-kata. "Oh iya, aku punya satu pertanyaan terakhir. Kamu mau ngga jadi pacarku?:D" Spontanitasku membuat raut wajahku seperti tak percaya tentang perkataan tadi. Dalam hati sudah berdebar jawaban apa yang dikatakan. Bukan lagi bertanya pada logika.

Dan sekarang, dia menjadi pacar, sahabat, dan teman paling dekatku. Entah, seperti teka teki atau jebakan apa dia bisa membuatku sayang kepadanya. Dia berbeda, he is tottaly different. He's mine, not yours.

Senin, 19 November 2012

Meraih Asa


Meraih Asa
Pagi ini aku diajak oleh Ayahku berjalan-jalan. Melewati hamparan sawah yang luas, gemericik air mengalir, suara gesekan batang pohon yang diterpa angin dan beberapa kicauan burung yang bersahut-sahutan sembari menyibakkan poni kebelakang yang tertiup angin. Di desa kami, sebut saja Desa Suka Maju di daerah  pelosok Batu, Malang, Jawa Timur. Pemandangan Alam yang luar biasa dianugrahkan oleh Tuhan Semesta Alam.
          Aku anak seorang petani ladang, hidup sederhana, makan secukupnya tidak seperti anak yang hidup di perkotaan. Hidupku tidak mengandalkan pada orang tua karena penghasilan orang tua untuk kebutuhan sehari-hari saja belum tentu cukup apalagi untuk biaya sekolah.  Ya, saat ini aku bekerja sebagai pencari rumput untuk pakan ternak milik peternak kambing yang berasal dari Kota Malang.
          Matahari mulai memancarkan sinarnya, perlahan-lahan mulai naik dengan pastinya. Embun membasahi dedaunan pagi hari. Suara ayam berkokok semakin nyaring di telinga. Mata mulai memaksaku untuk segera bangun. Terdengar suara Si Mbok memanggil “Ayo le tangi, adus terus ndang budhal sekolah nak..” mau tak mau ku bergergas mengambil baju seragam dan perlengkapan mandi untuk mandi di sungai beberapa meter dari rumah tak lupa aku pamit ke Bapak dan Si Mbok sambil menenteng tas lamaku yang berisi buku pelajaran.
          Perjalanan menuju sekolah tidaklah mudah, harus melewati beberapa rintangan. Salah satunya jembatan tali diatas sungai yang harus ku lewati karena itu adalah jalan terdekat untuk berangkat kesekolah. Ditambah lagi akses jalan yang belum sempurna karena masih berbentuk jalan setapak yang pada musim hujan pastilah berlumpur. Untung aku dan teman-teman yang lain sudah terbiasa dengan keadaan ini.
          Ting..tingting.. bunyi kentongan mulai terdengar. Teman-temanku mulai masuk ke dalam ruangan kelas. Kebanyakan dari mereka berangkat sekolah mengenakan alas kaki berupa sandal jepit. Tak banyak dari kita yang memakai sepatu layaknya anak sekolah di perkotaan. Bahkan, ada juga yang tidak memakai alas kaki apapun. Apa boleh buat, keadaan yang memaksa kita seperti ini.
          Waktu istirahat ku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Uang saku aku simpan, kemudian aku menuju ruangan kecil, di dalamnya berjajar rak-rak buku yang hampir rapuh tapi disitu berisi buku-buku berharga yang mungkin tak bisa kubeli. Sudah sering aku membaca buku di perpustakaan sekolah, selain untuk menambah wawasan, membaca buku adalah jendela dunia yang berisi hal-hal menakjubkan yang belum kuketahui sebelumnya, yang tak pernah aku raba, apalagi ku lihat. Hidup di desa jarang sekali orang yang mengetahui perkembangan jaman, justru itu aku sering-sering membaca buku apa saja yang ada di perpustakaan.
          Tiga bulan kemudian tibalah musim penghujan. Dimana musim ini yang dinanti-nanti oleh sebagian petani penggarap sawah karena air dimanfaatkan betul untuk irigasi. Tapi tidak untuk salah satu keluarga di seberang desa, mereka kehilangan anak semata wayangnya akibat jatuh dari jembatan dan terseret derasnya aliran sungai. Anak itu bernama Ajo, teman sepermainanku, teman yang kuanggap sebagai saudara ku sendiri, aku ingat betul kata-kata Ajo saat berangkat kesekolah bersamaku “Aji, aku pengen belajar sungguh-sungguh disekolah biar besar nanti aku jadi orang sukses yang bisa bangun desa, bangun jembatan yang besar untuk generasi penerus kita. Mulai dari sekarang ji, ayo bersama-sama membangun negeri, dimulai dari hal terkecil saja. Membuktikan rasa cinta kita pada tanah air dengan prestasi ji! Semangat!” kuingat kata-kata itu sambil tak kuasa menahan air mata yang keluar dari pelipisku, sahabat yang kadang kala menjadi lawan saat persaingan nilai dengannya.
          Hari berganti-hari. Hampir bila ada waktu senggang sempat ku berfikir tentang cita-cita Ajo. Sungguh mulia cita-cita Ajo. Ingin ku wujudkan cita-cita Ajo, karena cita-cita Ajo cita-citaku juga dan mungkin cita-cita bangsa Indonesia.
          Suara ketukan pintu terdengar. “Assalamualaikum, bapak pulang. Mbok, Aji..” “Nang ndi kabeh toh, wong omah iki” bapak bergumam dalam hati. Hentakan kaki mulai menuju kearah datangnya suara. Ternyata sang anak mulai meyadari bahwa pemilik rumah sudah datang. “Waalaikumsalam bapak, wonten nopo to pak? Jarang-jarang bapak pulang begitu semangat”.
          Bapak langsung menyahut perkaatan ku “Iki lo le, bapak entuk penghasilan lebih, bapak tumbasaken Aji tas karo buku tulis. Tas e Aji wes jebol suwi kan? Sampek-sampek budhal sekolah nganggo tas keresek gawe adah buku.” “Alhamdulillah pak, matur suwon nggih pak” Aku menjawab sambil merangkul sang Bapak. Saking gembiranya, aku memakai tas itu dengan hati-hati agar tidak rusak sedikitpun. Tiap malam aku membayangkan anak yang seusiaku masih terhalang oleh biaya. Oleh uang.
          Lulus SMA, aku ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Sudah kukumpulkan niatku untuk belajar di kota besar. Keinginanku cukup kuat, keyakinanku cukup besar untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang jauh lebih baik dari pada di desa. Belajar sambil bekerja tujuan ku pergi ke Surabaya.
          Berkemas-kemas. Baju, segala macam keperluan untuk pergi ke Kota sudah aku siapkan dibantu oleh si Mbok. Untungnya, niat untuk  merantau tidak dihalangi-halangi oleh siapapun. Alhamdulillah semua berjalan lancar sesuai dengan keinginanku, semoga di kota juga sama lancarnya, amin.
          Kesempatan kali ini kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Niat membahagiakan kedua pun selalu ku pegang sebagai kunci aku bisa bertahan di Kota Besar. Rintangan dan segala hambatan memaksaku untuk menghadapinya. Dengan keikhlasan dan keteguhan hati, sudah satu tahun aku sekolah di PTN ternama di Surabaya.
          Bekerja di salah satu televisi swasta ternama di Jakarta. Membuat tantangan baru dalam hidup. Dari sini aku belajar bagaimana menjadi seorang fotografer. Kamera yang aku dapat hasil dari aku bekerja sebagai penyiar radio di Surabaya.
          Pengalaman sebagai penyiar radio adalah, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan baik dengan lawan bicara, kebersamaan,  dan cara pandang kita mengenai suatu hal. Pengalaman ini aku bawa saat bekerja sebagai fotografer di pertelevisian. Pekerjaan ini sungguh menantang, karena dari kecil aku suka dengan objek-objek ciptaan Tuhan yang sangat indah. Sungguh luar biasa kenampakan alam Indonesia.
           Saat yang paling mengingatkanku kepada Ajo adalah saat dia mengucapkan cita-citanya. Dan sekarang aku berada di suatu tempat di perbatasan Kalimantan untuk mengambil objek-objek gambar yang hampir mirip sekali dengan kampung masa kecilku. Di zaman yang modern ini masih saja ditemukan kesulitan sarana dan prasarana untuk menunjang pendidikan di daerah pelosok negeri.
          Kepedulian terhadap pendidikan yang jauh dari pusat pemerintahan sangat minim. Akses menuju ke sekolah sangatlah jauh. Padahal pendidikan adalah salah satu sarana kunci mewujudkan generasi penerus bangsa yang diidam-idamkan. Dari situlah aku ingat betul maksud dan tujuan Ajo.
          Prestasi demi prestasi ku wujudkan melalui kampus ataupun di pertelevisian. Ke cintaanku pada negeri ku buktikan dengan prestasi yang sudah aku capai. Di kampus, aku bersama tim ku menjadi pemenang lomba cerita dokumenter yang mengisahkan perjuangan anak negeri untuk membawa nama baik Indonesia di kancah dunia dan menjadi juara ke-2 se Asia. Di pertelevisian, aku mengirim hasil potretanku yang berjudul “Semangat Mengalahkan Segalanya” di tingkat dunia dan syukurlah mendapat juara ke-3 dari 120 negara.
          Kebiasaan yang sudah ditanamkan dari kecil oleh kedua orang tuaku sangat berpengaruh saat aku beranjak dewasa. Doa, dan kerja keras adalah salah satu kesuksesan dalam hidup. Aku sangat berterimaksih kepada Bapak dan Si Mbok yang sudah membuatku seperti ini. Besok, aku pulang ke desa menemui mereka.
          Sehari sebelumnya, aku sudah mengajak teman-teman di perguruan tinggi jurusan teknik sipil dan arsitektur untuk pergi ke desa. Ku ceritakan semua hal yang ada di desa, melalui uang hasil jerih payahku sebagian aku sumbangankan untuk pembangunan di desa. Syukurlah, berita pembangunan akses menuju sekolah di desa menyebar luas karena dibantu oleh teman-teman. Banyak donatur yang ikut membantu dalam suksesnya pembangunan di desa seiring pembangunan berjalan.
          Alhamdulillah, kegiatan seperti ini manjur juga dan semakin banyak diminati oleh donatur yang berniat untuk beramal. Tidak hanya dikampung halaman, di desa-desa lain di Indonesia yang kondisinya mirip dengan desaku mulai gencar kegiatan seperti ini. Mulai dari sekarang, lambat laun kita tidak boleh mengandalkan pemerintah untuk mensejahterahkan rakyat karena ini tanggung jawab kita bersama.
         
“Surabaya, 18 November 2024

Ajo, insyaAllah cita-citamu sudah tercapai. Indonesia sekarang semakin maju, jembatan besar di desa sudah ada jo. Aku yakin kamu akan senang disana, mendengar kabar baik dariku Jo. Sarana pendidikan insyaAllah sudah merata di Indonesia. Generasi penerus bisa menikmati indahnya pendidikan. “

Minggu, 27 November 2011

Greyson Chance - Waiting Outside The Line

You’ll never enjoy your life,
living inside the box
You’re so afraid of taking chances,
how you gonna reach the top?

Rules and regulations,
force you to play it safe
Get rid of all the hesitation,
it’s time for you to seize the day

Instead of just sitting around
and looking down on tomorrow
You gotta let your feet off the ground,
the time is now

I’m waiting, waiting, just waiting,
I’m waiting, waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Waiting outside the lines

Try to have no regrets
even if it’s just tonight
How you gonna walk ahead
if you keep living behind

Stuck in my same position,
you deserve so much more
There’s a whole world around us,
just waiting to be explored

Instead of just sitting around
and looking down on tomorrow
You gotta let your feet off the ground,
the time is now, just let it go

The world will force you to smile
I’m here to help you notice the rainbow
Cause I know,
What’s in you is out there

I’m waiting, waiting, just waiting,
I’m waiting, waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Waiting outside the lines

the first step is the hardest (the hardest)
I know you can make it,
go ahead and take it

I’m Waiting, waiting, just waiting I’m waiting
I’m waiting, waiting, just waiting
I’m waiting, waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Waiting outside the lines

You’ll never enjoy your life
Living inside the box
You’re so afraid of taking chances,
How you gonna reach the top?

Bismillah

Bismillahirrohmanirrohim. 
Aku udah niat, aku udah usaha. Aku gamau kecewain kedua orang tuaku. Guruku. Teman temanku. 
Aku gamau diremehin, aku gamau ini cuma impian, aku mau ini kenyataan. 
Aku harus buktikan pada mereka kalo aku beneran bisa. Gak cuma ngomong. 
Aku serius, aku ga bohong. 
Apapun rintangannya, aku pasti hadapi. 
Aku nggak akan pernah takut kalo semua yang aku jalani ini benar.
Aku yakin aku bisa.
Aku rela waktuku habis cuman buat belajar. 
Aku pasti akan berikan yang terbaik. 
Meskipun sekali kali aku jatuh, aku nggak akan putus asa. Janji. 


Bertandatangan. Demara.
Disaksikan oleh Allah